Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Fiu, La One, dan Joki Cilik

Fiudin, mantan joki cilik.

NAMANYA Fiudin. Kami memanggilnya Fiu. Tetangga saya di bukit. Selain bertani, Fiu mengurus kuda-kuda pacuan. Ada beberapa ekor kuda di kandang belakang rumahnya.

Awalnya, kuda-kuda itu punya orang. Dititipi untuk merawat. Fiu punya pengalaman panjang dalam hidupnya, berurusan dengan kuda.

Belakangan, dia pun punya kuda sendiri. Dibeli masih kecil, kemudian dirawat menjadi kuda pacuan. Dia tahu kuda bagus dan berbakat untuk diadu di arena pacuan kuda.

Umurnya, dia tidak tahu. ‘’Mada wati sakola ku pa ee.. Tibade sabune umu ku (saya tidak sekolah pak, tidak tahu berapa umur saya, Red),’’ katanya kepada saya, Jumat pagi, 29 Juli 2022 di bukit Jatiwangi.

Interaksi saya dengan Fiu, relatif kerap. Fiu kadang membantu merawat kebun saya. Kalau semaknya mulai mengganggu, dia yang bersihkan. Fiu juga yang mengusir babi atau kambing yang merusak pagar, juga tanaman. Fiu sudah lama tinggal di bukit Jatiwangi bersama istrinya.

Posturnya tidak tinggi. Berat badannya hanya 35 kg. Ringan untuk rata-rata berat orang dewasa. Sejak usianya 5 tahun, ia sudah memacu adrenalin mengendalikan kuda pacu. Menjadi joki cilik. Enam tahun lamanya, sampai akhirnya ia tidak dipakai lagi karena dianggap sudah besar. Sudah membebani kuda pacu.

Selama enam tahun ‘berkarier’ menjadi joki cilik, Fiu tidak sekolah dengan baik. Katanya, waktu itu, selain joki lomba, sering juga terlibat sebagai joki latihan. Bahasa Bima, disebut tarene. Bisa jadi, diserap dari bahasa Inggris, training. Mirip kan?

Berapa kali juara? Tidak terhitung. Bendera yang diraih begitu banyak. Dia lama menjadi joki tetap kuda hebat seperti Pancarwala, milik Husen Ayub. Kadang juga ganti-ganti sesuai kondisi.

Nama-nama kuda hebat seperti Angin Mamiri, tentu sangat populer di zamannya. Begitu juga dengan Pancarwala. Bagi penikmat kuda di pacuan Manggemaci Bima, tentu begitu familiar dengan nama-nama kuda hebat langganan juara itu. Tetapi kuda hebat Angin Selatan, dia tidak dapat. Dia sudah tidak lagi menjadi joki. Sudah tidak cilik.

Ditanya cita-citanya, Fiu tidak tahu. Tetapi kecintaannya akan kuda, masih hingga kini. Kalau saya taksir, usianya belum 50 tahun. Kendati berbadan kecil, Fiu pekerja keras. Dia biasa mengolah lahan tegalan luas untuk menanam jagung. Hasilnya lumayan. Bisa membeli kuda untuk dirawat, dibesarkan. Jika jadi kuda hebat di arena lomba, harganya menjadi tinggi. Puluhan kali lipat.  Hidupnya sederhana, bahkan sangat sederhana. Tetapi dia cukup bahagia.

Faktor keamanan, jika dibandingkan dengan sekarang sudah jauh lebih baik. Era Fiu menjadi joki, tidak ada pengaman sama sekali. Tidak ada helm, pelindung dada, apalagi sepatu joki untuk pelindung kaki dan dengkul. ‘’Kani baju biasa. Tiawara alas (pakai baju biasa, tanpa pengaman),’’ katanya.

Apakah ada kecelakaan? Namanya lomba pacuan, ada saja. Itu bagi mereka sudah biasa. Jarang yang parah. Pernah ada yang meninggal. Ada dua orang, tetapi tetapi tidak pada tahun yang sama. Satu dari Raba, satunya dari Tato, Jatiwangi.

Menurut Fiu, teknik joki sekarang dengan mereka dahulu berbeda jauh. Joki saat ini, kurang punya hubungan emosional dengan kuda, karena jarang menjadi joki tetap. Saat berlomba juga, menurut Fiu, joki sekarang tidak begitu bisa mengendalikan kuda. Kadang mereka hanya tidur di atas kuda yang sedang berpacu. Sarannya, anak-anak perlu diberi pelatihan agar memiliki kemampuan yang lebih baik.

Proses pengambilan gambar film La One di rumah Fiudin.

Para kru film tentang joki cilik, La One Cinta untuk Ina, kenal betul dengan Fiu. Rumah Fiu dijadikan lokasi syuting. Rumah Fiu adalah rumah joki cilik dalam film La One itu. Sutradara La One, H Awaluddin Tahir, tertarik dengan lingkungan itu. Lingkungan yang bisa menggambarkan secara utuh kehidupan joki cilik di masa lampau.

H Oge, sapaan akrab Awaluddin Tahir, menyebut lokasi itu sangat cocok. ‘’Dari semua tempat yang kami survei, inilah tempat yang paling pas,’’ katanya kepada saya.

Film La One, bercerita tentang joki cilik yang sukses menjadi pengacara hebat di Jakarta. Beda dengan nasib Fiu. Pengambilan gambarnya sudah cukup lama, tetapi belum tayang. ‘’Masih ada beberapa finishing yang belum rampung. Tunggu saja tanggal tayangnya,’’ kata H Dudi Fahruddin, produser Film La One.

Saya sendiri, turut terlibat secara tidak langsung dalam film ini. Selain ikut melihat proses syuting, juga ikut memberikan usul saran. Mulai dari skenario, hingga memilih pemeran yang cocok. Saya terlibat pada sebagian diskusi lahirnya La One. Juga pemilihan lokasi syuting itu. Rudy Biola, violis hebat yang dimiliki NTB, dan Tommee Balukea, penyanyi dunia asal Bima yang bermukim di Australia, turut terlibat. Dua musisi inilah yang mengisi lagu tema dari film La One.

Pun oleh sutradara, saya sempat diminta menjadi kepala sekolahnya La One. Saya geli sendiri ketika terbayang mengenakan baju keki. Juga memimpin upacara bendera pada Senin pagi di sekolah. Syukurlah, ada tetangga saya yang bersedia. Dia memang cocok sebagai pemainnya.

Saya sebenarnya punya harapan besar, film La One bisa menjawab sebagian dari gaduh joki cilik belakangan ini. Pun saya sangat-sangat berharap sebenarnya, saat momentum riuh ini, film itu mulai tayang di layar lebar. Pasti langsung mendapat perhatian luas publik.

‘’Film La One tidak untuk menjawab gaduh joki cilik. Kisahnya beda, pesannya juga beda,’’ kata H Dudi kepada saya.

Mumpung belum tayang dan belum selesai, perlu juga disisipkan pesan moral terkait gaduh joki cilik ini. Atau bisa saja dalam film itu, sang joki cilik La One yang sudah sukses itu, memperjuangkan nasib joki cilik. Kenapa tidak?  (khairudin m ali)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Persiapan Pulang SEMALAM tidur agak larut, karena harus menyiapkan semua barang bawaan. Termasuk bagaimana mensiasati agar air Zamzam dalam botol-botol mineral supaya dapat “diselundupkan”...

CATATAN KHAS KMA

Tur ziarah ke Kota Thaif HARI ke delapan, di tanah suci, rombongan jamaah umroh kami mengikuti program tur ziarah ke kota Thaif. Berikut lanjutan...

CATATAN KHAS KMA

Umroh ke Dua SELEPAS holat subuh berjamaah di masjidil haram, sekitar pukul 10.00 pagi, kami menaiki bus yang mengatar kami ke lokasi Miqat di...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...